"True
friendship is like sound health; the value of it is seldom known until it be
lost."
(Charles Caleb Colton)
(Charles Caleb Colton)
Dahulu kita memasak air
panas menggunakan ketel. Kalau sekarang, orang menggunakan water dispenser, sehingga banyak orang yang tidak tahu lagi apa itu
ketel. Zaman dulu pasangan hidup atau pertemanan yang begitu akur diandaikan
seperti ketel dengan tutupnya. Kalau zaman sekarang mungkin lebih populer
digambarkan dengan amplop dan perangko.
Dalam kehidupan nyata
sekarang ini, apakah kita dapat seperti ketel dan tutup itu? Apakah kepedulian
kita masih ada? Atau kepedulian itu sudah jauh berkurang? Untuk hadir di
berbagai acara saja, kita sudah tidak ada waktu.
Manusia saat ini
mempunyai pandangan sendiri, sehingga kondisi seperti ketel dan tutup sulit
dicapai. Sebenarnya, kesuksesan setiap manusia itu bergantung juga pada orang
lain. Sukses itu tidak berdiri sendiri. Di balik setiap kesuksesan ada orang
lain yang berperan dalam hidup kita. Hanya seringkali kita tidak menyadari. Padahal
di balik kesuksesan seorang suami, pasti ada isteri yang membuatnya sukses. Demikian
pula sebaliknya.
Kita baru dikatakan
berhasil meraih sukses kalau kita juga dapat membuat orang lain sukses bersama
kita. Untuk mencapai sukses bersama itu, seseorang yang lebih kuat harus
membantu yang lemah.
Anak Laki-laki dan Pohon Apel
Perhatikan kisah
persahabatan seorang anak laki-laki dan pohon apel. Pada zaman dulu ada sebuah
pohon apel yang besar.Pohon itu sangat menyayangi seorang anak laki-laki yang
selalu bermain di bawahnya. Anak itu sering memanjat dan tidur di batang pohon
apel. Membuat pohon itu sangat senang.
Waktu berlalu. Dan,
anak laki-laki itu tidak pernah bermain di pohon itu lagi. Suatu hari, dia
kembali ke tempat itu dan pohon apel mengajaknya bermain lagi. “Maaf Pohon …
aku bukan anak kecil lagi. Aku ingin mempunyai mainan dan memerlukan uang untuk
membelinya.”
Pohon apel menyahut,
“Maaf, aku tidak memiliki uang. Tapi, aku memiliki buah-buah. Ambillah buahku
dan juallah.” Anak laki-laki itu gembira dan pohon pun gembira karena dapat
membantunya. Setelah peristiwa itu, si anak laki-laki itu tidak pernah kembali.
Suatu hari, laki-laki
itu mengunjungi pohon apel itu. Pohon apel kembali mengajaknya bermain. Tetapi,
anak yang sudah menjadi orang dewasa itu menjawab, “Wah, aku tidak bisa
bermain-main lagi. Aku sudah bekerja dan harus membesarkan keluargaku. Aku
sekarang butuh rumah.”
Pohon apel yang setia
itu menjawab, “Ambillah rantingku untuk membangun rumahmu.” Keduanya pun
gembira akhirnya.
Suatu ketika datang
lagi orang itu yang kini sudah menjadi tua. Pohon apel tetap mengajaknya, ”Mari
kita bermain …” Sang orang tua itu menjawab, ”Aku sudah tua, aku ingin
beristirahat.”
Pohon apel menjawab, ”Aku juga sudah tua dan tidak memiliki
apa-apa lagi. Aku hanya memiliki akar, tapi itu cukup untuk kamu beristirahat.”
Maka beristirahatlah
orang tua itu di akar pohon apel, dan mereka bergembira.Nah, itulah gambaran
persahabatan yang tidak kenal pamrih.
Nah, hidup di dunia ini
kita perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Tidak ada manusia yang unggul dalam segala bidang
Kita selalu memerlukan pertolongan seseorang. Untuk
berhasil, kita memerlukan bantuan orang lain. Tim sepak bola yang sukses pasti
memiliki pelatih yang luar biasa. Ingat, “No
one is perfect, except God.”
2. Dua lebih baik dari satu
Kata orang untuk berdansa tango harus ada dua orang. Memang
ada dansa yang bisa dilakukan sendiri, tetapi untuk tango harus dilakukan
berdua. Kalau berdoa berdua atau bertiga, kata orang juga efeknya akan lebih
kuat daripada berdoa sendiri. Nah, hidup berkeluarga juga harus berdua. Melakukan
segala sesuatu sendiri mungkin saja berhasil. Tetapi, hasil dari dua atau tiga
orang bersama-sama pasti jauh lebih baik.
3. Biarlah kita hidup berpadanan
Kita harus
hidup berpadanan dengan pasangan atau teman kita. Ada pepatah berkata, “Teman/pasangan
adalah seseorang yang percaya kepada kamu pada saat kamu berhenti percaya pada
dirimu sendiri.” Oleh karena itu, kita perlu teman atau pasangan hidup.
Setiap kita memiliki
pohon apel dalam kehidupan kita. Yang membuat perbedaan hasil dari kehidupan
kita ialah apakah kita sudah merawatnya atau belum. Kehidupan itu perlu
dirawat, diberi pupuk, disirami dan disiangi.
Mari menyambut masa
depan dengan semangat baru, menjadikan persahabatan kita dengan sesama,
hubungan dengan pasangan, terlebih lagi hubungan dengan Tuhan – seperti ketel dan tutup.
"A
real friend is one who walks in when the rest of the world walks out."
Walter Winchell
(Samuel
H. Tirtamihardja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar