Kista Tenggorokan Mengubah Hidupku
Ambisius dan pekerja keras, sifat itulah
yang membuat Hwenty Widjaja tidak kenal lelah mencari pemasukan tambahan. Kariernya
sebagai dokter terbilang sukses dan menjanjikan. Demi membangun masa depan, ia rela
jaga di rumah sakit sampai larut malam atau berkecimpung dalam bisnis lain yang
mendatangkan penghasilan lebih. “Walaupun capek, saya tetap mengerjakannya.”
Kehidupan terasa makin lengkap
ketika Hwenty dan pacarnya bisa membeli rumah idaman. Semua tampak indah,
kecuali satu hal: hubungannya dengan pacar sering cekcok karena beda keyakinan.
“Sulit bagi kami untuk saling menghargai perbedaan, yang ada justru berdebat
dan berdebat.”
Sifat Hwenty yang dominan membuat
pacar dan orangtuanya sering mengalah. Ibunya juga sering mengingatkan bahwa
terang dan gelap tidak bisa bersatu. Tetapi Hwety selalu menjawab bahwa pilihannya
adalah pria yang terbaik. Akhirnya, Hwenty mengetahui pacarnya berselingkuh.
“Saya sungguh kecewa, tapi saya memutuskan terus melangkah menapaki hidup meskipun
tanpa dia.”
Vonis
Penyakit Tulang
Suatu kali Hwenty merasakan sakit di
bagian leher. “Untuk berdiri saja, saya perlu perjuangan sampai keringat
mengucur.” Meskipun begitu, ia memaksakan diri untuk tetap bekerja. Temannya di
rumah sakit menganjurkan Hwenty melakukan Tes MRI karena melihat posisi tubuhnya
semakin miring. “Leher saya tidak bisa berdiri tegak dan selalu terjuntai ke
bawah. Setelah Tes MRI, didapati dua ruas tulang belakang saya hilang.”
“Saya takut karena operasi ini
memakan banyak biaya, sekitar Rp250–300 juta. Puji Tuhan, saya dipertemukan
dengan dokter yang tepat. Biayanya pun persis dengan jumlah tabungan yang
saya miliki. Operasi berhasil dan sebuah pen dipasang di leher saya yang harus dipakai
seumur hidup. Secara medis, saya tinggal menunggu 3 bulan untuk bisa pulih dan
bekerja kembali.”
Namun, lehernya tetap sakit. “Saya
tidak bisa bangun, bahkan untuk duduk saja susah. Dokter yang menangani operasi
saya pun heran. Padahal pemasangan pen sudah tepat. Saya mengusahakan agar
leher lurus sendiri, tapi malah hilang memori saya tentang bagaimana sikap yang
harus lurus dan benar. Badan saya secara umum miring sehingga penyembuhannya
menjadi sulit.
Penggemblengan
Tuhan
Penyakit Hwenty terbilang sangat
jarang dan belum ada obatnya. Ia pun berserah kepada Tuhan. “Tuhan bilang,
sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi,
mau siapa atau apa lagi yang bisa diandalkan? Mengandalkan pikiran sudah tidak
sanggup. Uang yang ada pun tidak ada gunanya. Saya hanya bisa terkapar tak
berdaya di tempat tidur. Saya hanya bisa berharap dan bersandar kepada Tuhan.”
Hwenty mulai merenungkan semua yang
terjadi dalam kehidupannya. Hubungan dengan pacar yang kandas dan kista yang
menyerang lehernya adalah dua tragedi hidup yang tidak ia pahami. Melewati
masa-masa suram, ia mendapat kekuatan dari Ibrani 12:5-8, "Hai anakku, janganlah anggap
enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang
diakui-Nya sebagai anak. ..."
“Saya rupanya sedang dibentuk
menjadi anak-Nya yang berkualitas. Selama ini, saya pikir logika saya yang
paling benar. Namun Tuhan hancurkan semua itu, supaya saya hanya
bergantung kepada-Nya.”
Pemulihan
Hubungan
Selama sakit, Hwenty merasakan kasih
sayang sejati dari ibunya. “Mama datang dari Bandung dan merawat saya dengan
penuh dedikasi. Saya terharu. Sebenarnya saya anak yang arogan, merasa paling
benar. Melihat pengorbanan mama, saya jadi tersadar bahwa kehebatan yang saya banggakan
tidak sebanding dengan cinta yang Mama berikan. Hubungan saya dengan mama pun
dipulihkan.”
Melalui semua yang dialami Hwenty
melihat kuasa Tuhan bekerja dalam hidupnya. Lehernya berangsur-angsur pulih
kembali. “Saya bersyukur bahwa Dia menyempatkan waktu untuk memproses saya
secara maksimal dan personal. Rupanya ada hikmah di balik semua derita yang
saya alami.”
[Kisah Nyata dr. Hwenty Widjaja]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar