Jean Paul Sartre, tokoh eksistensialis
sekaligus juga sastrawan yang berfilsafat lewat roman dan seni pentas ingin
menekankan tentang kata-kata.
Bagi Sartre kata-kata itu sangatlah penting.
Lewat kata-kata kita dapat membangkitkan semangat seseorang, tetapi lewat
kata-kata kita juga dapat membuat banyak orang menjadi terpuruk. Dari sana kita memahami bahwa
kata-kata selalu mempunyai efek yang begitu besar bagi siapa pun yang
mengucapkannya, juga yang menerimanya.
Hidup Ibarat Gema
Bagi kita yang mengucapkannya,
kata-kata menjadi semacam sugesti yang perlahan-lahan akan kita terima sebagai
sesuatu yang benar. Apa yang sering kita ucapkan itulah yang pada akhirnya kita
lakukan. Ingatlah: kehidupan yang kita jalani bukanlah ditentukan oleh apa yang
ada di luar diri kita, tetapi dari apa yang ada di dalam diri kita. Apa yang
selalu kita ucapkan dan sampaikan pada akhirnya akan menjadi kecenderungan, dan
kecenderungan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan pada akhirnya akan menjadi gaya hidup.
Dan, yang tidak boleh kita lupakan
adalah: apa yang kita ucapkan kepada sesama kita sekaligus juga menjadi apa
yang kita ucapkan pada diri kita sendiri. Yang mendengar kata-kata kita bukan
hanya orang lain tetapi juga diri kita sendiri.
Bukankah hidup yang kita jalani itu
ibarat sebuah gema. Apa yang kita teriakan itulah yang akan kita dengar
kembali: jika meneriakkan apa yang baik, maka kita akan menerima kembali semua
yang baik. Tetapi, jika kita meneriakkan apa yang buruk, kita akan kembali
menerima yang buruk.
Tiga Saringan Kata
Socrates memberikan tiga saringan bagi
setiap kita ketika ingin menggunakan kata-kata kita bagi sesama. Ketiga
saringan itu adalah:
- Apakah hal yang kita hendak katakan itu adalah sesuatu yang benar. Artinya adalah sesuatu yang memang seperti itu adanya. Sesuatu yang otentik, tidak dibuat-buat dan bukan rekayasa. Benar itu artinya tidak salah. Benar artinya tepat.
- Apakah sesuatu yang hendak kita katakan itu adalah sesuatu yang baik. Dalam artian menimbulkan kebaikan bagi hubungan atau relasi yang hendak kita alami bersama dengan dia yang melaluinya kata-kata itu kita arahkan, serta memang mendatangkan kebaikan bagi mereka yang menerimanya.
- Apakah kata-kata yang hendak kita sampaikan itu menjadi sesuatu yang berguna. Apakah yang hendak kita sampaikan itu memiliki nilai tambah baik bagi diri kita yang menyampaikannya maupun bagi mereka yang menerimanya.
Kuasa Kata-Kata
Sebuah kisah ini menolong kita betapa
kata-kata itu begitu sangat berpengaruh bagi mereka yang mendengarnya.
Sekali peristiwa seorang guru bijak
menyampaikan pengajarannya kepada para muridnya tentang betapa pentingnya
kata-kata. Sang guru menjelaskan bahwa dengan kata-kata kita dapat menghidupkan,
tetapi sekaligus juga mematikan seseorang. Mendengar pengajaran yang
disampaikan, salah satu dari muridnya berdiri dan menyanggah kuat-kuat apa yang
diajarkan sang guru.
Setelah berkata panjang lebar, sang
guru dengan suara tegas berkata: “Lebih baik kau diam murid brengsek!” Mendengar
kalimat yang demikian, sang murid bukannya berhenti berbicara, tetapi dia
menunjukkan kemarahan yang luar biasa. Saat itulah sang guru segera meminta
maaf, dan dengan segera berkata: “Sikapmu cukup membuktikan betapa kata-kata
itu sangatlah penting – mampu membuatmu tersenyum, tetapi juga gusar.”
Begitu pentingnya kata-kata, sehingga
orang Yunani-Romawi mengkasifikasikannya sebagai sesuatu yang tidak mungkin diulang
dalam hidup ini. Satu kali kita ucapkan, tidak mungkin untuk ditarik kembali.
Dengan kata-kata kita dapat melukai, tetapi juga dapat merawat. Oleh karenanya
di dunia ini tidak ada pedang dan pisau yang lebih tajam dari kata-kata.
Akhirnya: katakanlah segala sesuatu
yang ingin Anda katakan sebagaimana kita ingin mendengarkan segala sesuatu yang
ingin kita dengar. Jika kita ingin mendengar semua yang baik, maka katakanlah
juga semua yang baik. (Imanuel Kristo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar