Harga Secangkir Kopi Hitam
Saya
termasuk salah seorang penggemar kopi hitam. Paling tidak, setiap hari saya
menikmati satu sampai dua gelas kopi. Sekalipun demikian saya berusaha untuk
menikmati kopi yang “biasa”. Artinya kopi yang orang kebanyakan pun
menikmatinya. Dan, saya bersyukur karena cocok dengan merek tertentu, yang
pastinya buatan dalam negeri.
Ada
beberapa alasan saya memilih merek tersebut. Pertama, tentu karena saya merasa cocok dengan rasa dan aromanya. Kedua, merek tersebut sudah merakyat
sehingga tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya. Ketiga, harganya terjangkau. Selama ini saya berusaha untuk tidak
menyukai apalagi menikmati makanan, minuman atau apa saja yang berharga mahal –
karena jika demikian saya sendirilah yang akan dibuat repot.
Karena
kopi yang saya gemari adalah kopi untuk semua lapisan, saya dapat menikmatinya
di mana saja. Mulai dari penjaja kopi keliling dengan sepedanya, warung tegal
dengan kursi kayunya, kafe-kafe yang bermusik serta berpendingin udara, bahkan
sampai hotel bintang.
Hanya
saja, yang menarik buat saya, dengan kopi yang sama dan tempat yang berbeda,
harga yang dipatok berbeda-beda. Ketika membelinya di pedagang keliling, saya
hanya membayar Rp 2.500. Namun, saat saya menikmatinya di hotel berbintang,
harganya melambung sepuluh kali lipat. Padahal, rasanya sama – aromanya pun
tidak berbeda.
Nilai Pembeda
Apa yang
menyebabkan perbedaan harga secangkir kopi? Penyebabnya adalah wadah yang
dipakai, tempat, dan suasananya. Ketika saya membeli secangkir kopi di pedagang
keliling, wadah yang saya pakai minum adalah gelas plastik seperti gelas air
mineral. Saya menikmatinya di pinggiran trotoar dekat sepeda penjual yang
menuangkan air panasnya dari termos di belakang sepedanya.
Ketika
saya menikmati kopi yang sama di warung tegal, saya memakai gelas kaca
sederhana, dengan kursi kayu dan kipas angin kecil yang berputar di atas kepala.
Tentunya sedikit lebih nyaman walaupun tidak terlalu nyaman. Udara di sekitar
masih terasa panas. Asap rokok pengunjung lain juga sesekali menyesakkan napas.
Sementara,
ketika saya memesan kopi yang sama di kafe-kafe, tempat yang digunakan adalah
cangkir yang lebih cantik dengan piring kecil sebagai alasnya, diantar oleh
pelayan dengan seragam yang rapih dan berdasi. Ruangannya nyaman dengan musik
lembut yang diputar. Mereka yang ingin menikmati kopi dengan mengisap rokok disediakan
tempat sendiri, sehingga tidak mengganggu pengunjung yang tidak merokok.
Saat saya
memesan di hotel bintang lima, saya menikmatinya di ruang privat. Saya dapat
memesannya dari kamar tempat saya menginap. Lalu pelayan mengantarnya dengan
sopan dan meletakkannya di meja, menyerahkan bon pembayarannya untuk saya tanda
tangani dan masuk dalam tagihan kamar yang saya pakai. Dan, yang tidak boleh dilupa
adalah memberikan tip kepada pelayan hotel yang sudah mengantarkannya kepada saya.
Dengan
demikian jelaslah bahwa yang membedakan harganya adalah tempat dan cara
penyajiannya. Kopinya sama, merk dagangnya juga sama. Tetapi tempat yang
dipakai dan cara penyajiannya membuat nilai jualnya menjadi berbeda. Semakin
pantas tempat dan cara penyajiannya, semakin besar pula apresiasi yang akan diberikan.
Pribadi yang Pantas
Jadikanlah
diri kita sebagai pribadi yang pantas untuk diapresiasi dengan baik. Untuk itu,
tampilkanlah diri kita dengan pantas. Tunjukkanlah kepantasan itu di depan sesama
kita, di antara rekan seprofesi, di antara mereka yang terhubung dengan kita. Dean
Alfange dalam tulisannya I do not choose
to be a common man mengungkapkan
demikian:
Aku tidak
memilih menjadi insan biasa,
memang
hakku untuk menjadi luar biasa.
Aku mencari
kesempatan bukan perlindungan.
Aku tidak
ingin menjadi warga yang terkungkung, rendah diri, dan terpedaya karena
dilindungi pihak berkuasa.
Aku siap
menghadapi resiko terencana, berangan-angan, dan membina, untuk gagal dan
sukses.
Aku
menolak menukar insentif dengan derma.
Aku
memilih tantangan hidup daripada derma.
Aku
memilih tantangan hidup daripada kehidupan yang terjamin.
Kenikmatan
mencapai sesuatu bukan utopia yang basi.
Selamat menjadi yang pantas: menampilkan diri dengan pantas dan berada
di tempat yang pantas. (Imanuel Kristo)