Selasa, 06 Mei 2014

Fokus



Pantang Menadahkan Tangan

Mungkin ada di antara Anda mungkin ada yang pernah melihat nenek-nenek penjual koran di lampu merah fly over Pasar Senen. Orangnya sudah renta, jalannya pincang lantaran kakinya (maaf) bengkok. Mak Iyah, begitu ia dipanggil. Mak Iyah identik dengan kemiskinan. Tak punya rumah, tak punya warisan, tak punya pekerjaan tetap… bahkan anak bungsu dari dua orang anaknya mengidap—maaf—sakit jiwa. Yang patut disaluti dari Mak Iyah adalah: PANTANG MENGEMIS atau MENADAHKAN TANGAN.

Mak Iyah menjadi salah satu sosok yang menginspirasi terkait tema Pantang Menadahkan Tangan pada INSPIRASI edisi Mei ini.

Ada sosok lain: Erwin Tenggono. Sulung dari 6 bersaudara ini lahir dari keluarga pas-pasan… Mereka tinggal di rumah bedeng seluas 30 meter2. Sejak kelas IV SD dia harus bangun pagi-pagi buta membantu orangtuanya. Berjualan pisang goring sebelum sekolah, dilanjutkan jualan amplang, empek-empek usai sekolah. 

Ketika SMA, pagi hingga siang ia menjaga gudang di pasar plus kerjaan serabutan lainnya. Pulang sekolah saat petang menjelang, ia masih sempatkan diri menjadi kuli panggul di pasar. Sama dengan Mak Iyah, Erwin Tenggono juga termasuk orang yang tidak sudi meminta belas kasihan orang lain. Bangun pagi-pagi, kerja kersa, tidak boleh gengsi, biarpun susah merupakan ajaran ibunya yang dipegang teguh Erwin. Dari perkampungan kumuh, Erwin berhasil menjadi presiden direktur di perusahaan farmasi skala internasional. Setelah pensiun dini, kini Erwin menjadi CEO di Vivere Group.

Masih banyak kisah lain yang inspiratif, plus artikel menarik lainnya yang tersaji dalam majalah INSPIRASI edisi Mei ini. Kalau berminat, silakan hubungi Rosinta di: 081399199930.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar