Kamis, 28 Agustus 2014

Kabar Kita



BERDOA DALAM KEGELAPAN

Jurnalis Amerika Serikat James Foley diculik di Suriah pada November 2012 ketika meliput perang saudara di negara itu. James Foley merupakan kontributor video untuk media Prancis, Agence France-Presse (AFP) kemudian Global Post dan sejumlah media lainnya. Pada 19 Agustus 2014 lalu, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merilis video yang menunjukkan pemenggalan jurnalis itu oleh milisi ISIS.

Meski, nyawa menjadi taruhan, James Foley tidak pernah berhenti berharap dan berdoa. Hal itu terungkap lewat pesan yang disampaikan oleh rekan sesama sandera yang dibebaskan. Ia tak bisa mengirim surat tertulis karena pasti disita sipir penjara. Jadi, Jim meminta rekannya untuk menghafal pesan agar disampaikan kepada keluarganya. Setelah rekannya itu dibebaskan, ia langsung menghubungi Diane, ibu Jim, dan menyampaikan pesan terakhir anaknya.

Isi pesan Jim diawali dengan mengenang masa lalu, ketika masih bersama keluarganya. "Aku ingat betapa banyak masa-masa indah bersama keluarga, yang membuatku lupa sedang berada dalam penjara. Mimpiku akan keluarga dan teman-teman membuatku lupa dan kebahagiaan langsung mengisi hatiku."

"Aku ingat pergi ke mal dengan ayah, naik sepeda dengan ibu. Aku ingat begitu banyak hal-hal bersama keluarga besar, yang membuatku lupa sedang berada di penjara."

"Aku tahu kalian memikirkanku, mendoakanku. Dan aku sangat bersyukur, aku bisa merasakan kalian semua, terutama ketika sedang berdoa. Aku juga mendoakan kalian agar tetap kuat dan tegar. Aku benar-benar bisa merasakan kalian, meski berdoa dalam kegelapan".

Dalam pesannya, Jim bercerita bahwa ia ditahan dengan 17 sandera lainnya. Mereka menghabiskan waktu dengan membahas film, olahraga, dan bermain catur. Para sandera diberi makan dan minum teh serta kopi setiap hari. "Berat badanku bertambah dibandingkan tahun lalu," katanya.

Selain itu, ia juga menceritakan pergumulannya, saling menguatkan sesama sandera, dan risiko ketika sipir menemukan memo atau catatan kecil di dalam sel penjara. "Ada kalanya saya menjalani hari-hari dengan lemah dan kuat. Kami sangat bersyukur bila salah satu di antara kami ada yang dibebaskan, tapi tentu saja kami merindukan kebebasan diri sendiri. Kami saling mendorong dan menguatkan satu sama lain," ujar Jim seperti dituturkan rekannya.

Isi surat tersebut juga secara khusus ditujukan kepada kerabat-kerabatnya yang lain dan diakhiri dengan pesan kepada sang nenek. "Nenek, minumlah obatmu, teruslah jalan-jalan dan menari.  Tetaplah kuat, karena aku membutuhkanmu untuk memperoleh kembali hidupku," pungkas Jim.

Peringatan bersama untuk mengenang James Foley dilaksanakan di kota kelahirannya, Rochester, Amerika Serikat pada Minggu (24/8) lalu. Philip Balboni, Presiden Global Post – media tempat Foley bekerja – mengatakan kepada karyawannya, bahwa peristiwa ini membuatnya merenung mengenai kehidupan dan kematian seorang jurnalis. "Jim adalah contoh dari sebuah keberanian dan pengabdian untuk mencari berita di tempat yang amat sulit, kehangatan dan semangatnya akan hidup selamanya dan membimbing jalan kita ke masa depan," tutur Balboni. [g/Telegraph]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar