Sabtu, 02 Agustus 2014

Artikel



Minoritas yang Berkualitas

 
Telaah antropologi menunjukkan bahwa kelompok minoritas mempunyai kecenderungan untuk menjadi lebih kecil lagi bahkan musnah dari peradaban, kecuali mempunyai kualitas dan bersedia mengamalkan keahliannya untuk semua kelompok.

Jadi, bukan hanya untuk kelompoknya sendiri. Sehingga seperti yang tertulis dalam kitab Matius 5:15, “Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.”
               
Memahami Lewat Budaya
Dalam kita hidup bersama ini, tentu ada banyak kelompok lain. Kelompok- kelompok lain ini karena perbedaan sudut pandang, acapkali rentan mengalami konflik dengan kita. Untuk mengatasi konflik, pertama perlu understanding, memahami. Setelah memahami, akan ada acceptance, penerimaan. Setelah kita bisa menerima, barangkali akan menyukai dan ini akan menciptakan toleransi yang lebih luas.


Kami punya pengalaman waktu masih kecil. Ayah kami punya teman baik dari Padang, orang Minang. Dia sering mengirimi kami makanan padang. Dia menceritakan cara memasak dan makannya begini. Menarik sekali. Kami akhirnya merasa wah unik. Dari situ kami mulai punya acceptance. Unik ya. Dan, keunikan itu berharga. Akhirnya, tahapannya berlanjut sampai pada tolerance.

Kami sekarang ini sering dikirimi makanan-makanan India oleh pedagang karpet India. Setiap kali kirim makanan, dia kirimkan catatan. Ini India utara, cirinya begini, maknanya apa. Kami melihat salah satu pintu masuk yang penting adalah budaya. Jadi, setiap kali kita masuk dan melihat aspek budaya, akan menciptakan ketertarikan dan akhirnya pemahaman.  


Pemimpin yang Berpandangan Luas

Pengaruh pemimpin itu luar biasa. Sebenarnya, tugas utama pemimpin adalah mempersatukan pengikut-pengikutnya dalam visi sehingga tujuan yang kita ambil itu akan sama. Kalau kita bisa menyamakan visi, maka masing-masing bagian yang berbeda ini kemudian merupakan satu organisasi. Pengertian organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerja untuk tujuan yang sama.

Pemimpin mempunyai tanggung jawab agar para pengikutnya mempunyai tujuan yang sama.  Kalau orang mempunyai tujuan yang sama, apalagi kalau mempunyai musuh yang sama – dalam dunia bisnis disebut kompetitor–orang akan kompak. Sebagai pemimpin kelompok, kita berutang untuk menyampaikan impian dan tujuan bersama kepada pengikut.  

Ibarat berada di gunung, pemimpin ada di puncak sehingga bisa melihat jauh, keliling 360 derajat. Dia melihat, oh kalau kita ke timur itu tanahnya subur. Hijau. Tidak banyak penduduknya. Sementara pengikut yang berada di bawah, tidak mengerti karena tidak kelihatan. Oleh karena itu pemimpin punya utang untuk mengatakan ayo kita pergi ke timur karena di timur lahan yang paling bagus untuk kita. Dengan demikian, pengikutnya bukan sekadar ikut tapi agak yakin.

Hal itu sama juga di dalam kelompok. Kita harus berupaya untuk menjadi pemimpin kelompok, baik kelompok minoritas atau seluruhnya. Dan, kita mesti berguna bagi seluruh kelompok. Sebagai minoritas itu bukan hanya diterima, tetapi ditinggikan kalau kita bisa memberikan kontribusi bagi seluruhnya.

Pelita di Atas Kaki Dian
Sebagai pemimpin, kita harus menyampaikan pesan supaya kelompok minoritas ini bukan hanya survive, tapi juga dihargai. Untuk itu, pertama, harus berkualitas. Kedua, gunakan expertise (keahlian) kita. Kalau kita berkualitas, expertise kita jangan hanya untuk kelompok kita. 


Contoh, ketika kami jadi ketua dewan penyantun Akademi Sekretaris Tarakanita. Dulu kebijakannya selalu mengambil orang Katolik atau Kristen. Kami usul untuk kelompok lain dibuka krannya. Kami ingin keunggulan kita dalam mendidik sekretaris juga dirasakan oleh orang lain. Sedikit-sedikit, akhirnya agak banyak.  Menyebar. Ini ada untungnya karena di banyak departemen kita mempunyai sekretaris non-Kristen, tapi mempunyai exposure terhadap kekristenan.

Kalau kita hanya untuk kalangan sendiri, ya bagus, tapi kita kurang dihormati. Kita jangan menutup diri. Kita mesti berguna bagi orang lain. Jadi, jika Anda ingin survive, punyailah kualitas dan berpikirlah untuk kelompok yang lebih luas. Dengan demikian, kita tidak akan ditaruh di bawah gantang, tapi di atas kaki dian. Kalau kita punya kualitas, pasti dihormati. Kita ditaruh di atas, menerangi semua, bukan hanya kelompok sendiri. (A.B. Susanto, The Jakarta Consulting Group)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar