Minoritas
yang Berkualitas
Telaah antropologi menunjukkan bahwa kelompok minoritas mempunyai kecenderungan untuk menjadi lebih kecil lagi bahkan musnah dari peradaban, kecuali mempunyai kualitas dan bersedia mengamalkan keahliannya untuk semua kelompok.
Jadi, bukan hanya untuk kelompoknya sendiri. Sehingga seperti yang tertulis dalam kitab Matius 5:15, “Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.”
Memahami Lewat Budaya
Dalam kita hidup bersama ini, tentu ada banyak
kelompok lain. Kelompok- kelompok lain ini karena perbedaan sudut pandang,
acapkali rentan mengalami konflik dengan kita. Untuk mengatasi konflik, pertama
perlu understanding, memahami. Setelah
memahami, akan ada acceptance, penerimaan.
Setelah kita bisa menerima, barangkali akan menyukai dan ini akan menciptakan
toleransi yang lebih luas.Kami punya pengalaman waktu masih kecil. Ayah kami punya teman baik dari Padang, orang Minang. Dia sering mengirimi kami makanan padang. Dia menceritakan cara memasak dan makannya begini. Menarik sekali. Kami akhirnya merasa wah unik. Dari situ kami mulai punya acceptance. Unik ya. Dan, keunikan itu berharga. Akhirnya, tahapannya berlanjut sampai pada tolerance.
Pemimpin yang
Berpandangan Luas
Ibarat berada di
gunung, pemimpin ada di puncak sehingga bisa melihat jauh, keliling 360
derajat. Dia melihat, oh kalau kita ke timur itu tanahnya subur. Hijau. Tidak
banyak penduduknya. Sementara pengikut yang berada di bawah, tidak mengerti
karena tidak kelihatan. Oleh karena itu pemimpin punya utang untuk mengatakan
ayo kita pergi ke timur karena di timur lahan yang paling bagus untuk kita. Dengan
demikian, pengikutnya bukan sekadar ikut tapi agak yakin.
Hal itu sama juga di dalam kelompok. Kita harus
berupaya untuk menjadi pemimpin kelompok, baik kelompok minoritas atau
seluruhnya. Dan, kita mesti berguna bagi seluruh kelompok. Sebagai minoritas
itu bukan hanya diterima, tetapi ditinggikan kalau kita bisa memberikan
kontribusi bagi seluruhnya.
Pelita di Atas Kaki Dian
Sebagai pemimpin, kita harus menyampaikan pesan supaya
kelompok minoritas ini bukan hanya survive,
tapi juga dihargai. Untuk itu, pertama, harus berkualitas. Kedua, gunakan expertise (keahlian) kita. Kalau kita
berkualitas, expertise kita jangan
hanya untuk kelompok kita. Contoh, ketika kami jadi ketua dewan penyantun Akademi Sekretaris Tarakanita. Dulu kebijakannya selalu mengambil orang Katolik atau Kristen. Kami usul untuk kelompok lain dibuka krannya. Kami ingin keunggulan kita dalam mendidik sekretaris juga dirasakan oleh orang lain. Sedikit-sedikit, akhirnya agak banyak. Menyebar. Ini ada untungnya karena di banyak departemen kita mempunyai sekretaris non-Kristen, tapi mempunyai exposure terhadap kekristenan.
Kalau kita hanya untuk kalangan sendiri, ya bagus,
tapi kita kurang dihormati. Kita jangan menutup diri. Kita mesti berguna bagi
orang lain. Jadi, jika Anda ingin survive,
punyailah kualitas dan berpikirlah untuk kelompok yang lebih luas. Dengan
demikian, kita tidak akan ditaruh di bawah gantang, tapi di atas kaki dian. Kalau
kita punya kualitas, pasti dihormati. Kita ditaruh di atas, menerangi semua,
bukan hanya kelompok sendiri. (A.B. Susanto, The Jakarta Consulting Group)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar