BERDOA DALAM KEGELAPAN
Jurnalis Amerika Serikat James Foley
diculik di Suriah pada November 2012 ketika meliput perang saudara di negara
itu. James Foley merupakan kontributor video untuk media Prancis, Agence
France-Presse (AFP) kemudian Global Post dan sejumlah media lainnya. Pada 19
Agustus 2014 lalu, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merilis video yang
menunjukkan pemenggalan jurnalis itu oleh milisi ISIS.
Meski, nyawa menjadi taruhan, James Foley
tidak pernah berhenti berharap dan berdoa. Hal itu terungkap lewat pesan yang
disampaikan oleh rekan sesama sandera yang dibebaskan. Ia tak bisa mengirim
surat tertulis karena pasti disita sipir penjara. Jadi, Jim meminta rekannya
untuk menghafal pesan agar disampaikan kepada keluarganya. Setelah rekannya itu
dibebaskan, ia langsung menghubungi Diane, ibu Jim, dan menyampaikan pesan
terakhir anaknya.
Isi pesan Jim diawali dengan mengenang masa lalu, ketika masih bersama keluarganya. "Aku ingat betapa banyak masa-masa indah bersama keluarga, yang membuatku lupa sedang berada dalam penjara. Mimpiku akan keluarga dan teman-teman membuatku lupa dan kebahagiaan langsung mengisi hatiku."
"Aku ingat pergi ke mal dengan ayah, naik sepeda dengan ibu. Aku ingat begitu banyak hal-hal bersama keluarga besar, yang membuatku lupa sedang berada di penjara."
"Aku tahu kalian memikirkanku, mendoakanku. Dan aku sangat bersyukur, aku bisa merasakan kalian semua, terutama ketika sedang berdoa. Aku juga mendoakan kalian agar tetap kuat dan tegar. Aku benar-benar bisa merasakan kalian, meski berdoa dalam kegelapan".
Isi pesan Jim diawali dengan mengenang masa lalu, ketika masih bersama keluarganya. "Aku ingat betapa banyak masa-masa indah bersama keluarga, yang membuatku lupa sedang berada dalam penjara. Mimpiku akan keluarga dan teman-teman membuatku lupa dan kebahagiaan langsung mengisi hatiku."
"Aku ingat pergi ke mal dengan ayah, naik sepeda dengan ibu. Aku ingat begitu banyak hal-hal bersama keluarga besar, yang membuatku lupa sedang berada di penjara."
"Aku tahu kalian memikirkanku, mendoakanku. Dan aku sangat bersyukur, aku bisa merasakan kalian semua, terutama ketika sedang berdoa. Aku juga mendoakan kalian agar tetap kuat dan tegar. Aku benar-benar bisa merasakan kalian, meski berdoa dalam kegelapan".
Dalam pesannya, Jim bercerita bahwa ia
ditahan dengan 17 sandera lainnya. Mereka menghabiskan waktu dengan membahas
film, olahraga, dan bermain catur. Para sandera diberi makan dan minum teh
serta kopi setiap hari. "Berat badanku bertambah dibandingkan tahun
lalu," katanya.
Selain itu, ia juga menceritakan pergumulannya,
saling menguatkan sesama sandera, dan risiko ketika sipir menemukan memo atau
catatan kecil di dalam sel penjara. "Ada kalanya saya menjalani hari-hari
dengan lemah dan kuat. Kami sangat bersyukur bila salah satu di antara kami ada
yang dibebaskan, tapi tentu saja kami merindukan kebebasan diri sendiri. Kami
saling mendorong dan menguatkan satu sama lain," ujar Jim seperti
dituturkan rekannya.
Isi surat tersebut juga secara khusus ditujukan kepada kerabat-kerabatnya yang lain dan diakhiri dengan pesan kepada sang nenek. "Nenek, minumlah obatmu, teruslah jalan-jalan dan menari. Tetaplah kuat, karena aku membutuhkanmu untuk memperoleh kembali hidupku," pungkas Jim.
Isi surat tersebut juga secara khusus ditujukan kepada kerabat-kerabatnya yang lain dan diakhiri dengan pesan kepada sang nenek. "Nenek, minumlah obatmu, teruslah jalan-jalan dan menari. Tetaplah kuat, karena aku membutuhkanmu untuk memperoleh kembali hidupku," pungkas Jim.
Peringatan bersama untuk mengenang James Foley dilaksanakan di kota kelahirannya, Rochester, Amerika Serikat pada Minggu (24/8) lalu. Philip Balboni, Presiden Global Post – media tempat Foley bekerja – mengatakan kepada karyawannya, bahwa peristiwa ini membuatnya merenung mengenai kehidupan dan kematian seorang jurnalis. "Jim adalah contoh dari sebuah keberanian dan pengabdian untuk mencari berita di tempat yang amat sulit, kehangatan dan semangatnya akan hidup selamanya dan membimbing jalan kita ke masa depan," tutur Balboni. [g/Telegraph]