Anak Panti Sukses Usaha
Bridal
Ia
dikenal sebagai pengusaha bridal yang sukses. Kerasnya hidup masa kecil menjadi
pelecut untuk berjuang mendapatkan hidup layak.
Berjuang Hidup
Berjuang Hidup
Selama 15 tahun tinggal di panti asuhan dan kemiskinan yang dialami keluarganya membuat
Susanti bertekad untuk keluar dari kemiskinan. "Kalau sudah besar, saya
harus berjuang. Saya mau hidup layak." Ia pun menjalani berbagai pekerjaan
dari staf administrasi di rumah sakit, hingga guru. Dari berbagai pekerjaannya,
akhirnya ia jatuh cinta pada bidang kecantikan.
"Saya suka sama hal-hal yang
berhubungan dengan kecantikan dan merasa bisa mengerjakannya. Ada keberanian
yang muncul begitu saja secara otodidak," Dari situ Susanti mulai merintis
usaha salon yang diberi nama "Kezia" di Semarang.
Derita Perceraian
Susanti pun menikah dengan kekasihnya.
Mereka dianugerahi dua anak laki-laki. Namun indahnya bahtera pernikahan tidak
lama dirasakannya. Pertengkaran demi pertengkaran sering terjadi dalam rumah
tangga mereka. Dengan alasan takut merusak perkembangan jiwa anak-anaknya,
Susanti memutuskan berpisah dari suaminya.
Derita Perceraian
Perpisahan itu ternyata membuat Susanti
semakin tertekan. "Keadaan itu menekan saya, terutama pandangan masyarakat
dan itu sangat memukul perasaan saya." Pertentangan batin mulai dirasakan
Susanti. Hatinya kelu dengan peristiwa-peristiwa buruk yang menimpa hidupnya.
Kekecewaan terus memenuhi hatinya, hingga
suatu hari seorang teman menelponnya. Melalui teman itulah Susanti kembali
mendapat penguatan dan disarankan untuk memaafkan orang-orang yang telah
menyakiti hatinya. "Saya berjuang setengah mati untuk mengambil keputusan
memaafkan. Saya berteriak, ‘Tuhan, oke saya maafkan!’ Tiba-tiba ada damai
sejahtera dan saya mulai kuat lagi," ungkapnya.
Pengharapannya lahir kembali. Bahkan Susanti
mulai mempunyai kerinduan untuk dapat bersatu lagi dengan suaminya.
Berkat Tuhan
Berbekal dengan sisa uang tabungannya,
Susanti mencoba mengadu nasib di Jakarta dengan membuka usaha serupa. Namun
lagi-lagi, Susanti belajar bahwa hidup tidak semudah bayangannya. Ia sempat
merasa depresi dan kembali mempertanyakan Tuhan. Akhirnya, ia mendapat
pencerahan. "Tuhan bilang serahkan semua yang ada pada hidupmu kepada-Ku."
Pencerahan ini membuatnya bergairah. Dia menyerahkan usahanya kepada Tuhan.
"Pada waktu saya nggak ada uang
mau bayar tagihan, saya katakan sama Tuhan gini,
‘Tuhan, usaha ini milik-Mu. Tuhan kasih berkat ya’," kisahnya.
Saat itu malam hari dan sedang hujan, ada
orang yang ingin melihat koleksi gaun pengantin miliknya. Susanti melayaninya
itu dengan ramah. Sebuah gaun rancangannya laku terjual. Ia pun mampu membayar
tagihannya esok hari.
"Sejak hari itu saya bisa melihat
kebaikan-kebaikan Tuhan itu beruntun dalam kehidupan saya. Jadi, saya percaya
bahwa hidup kita bener-bener
dipelihara. Sejak itu saya makin beriman, makin mengerti dan nggak takut." Usaha Susanti pun
semakin maju dan berkembang.
Tuhan Menyatukan Keluarga
Tuhan Menyatukan Keluarga
Susanti mendapat kabar bahwa suaminya jatuh sakit dan membutuhkan dukungan dari keluarga. "Ada suara di hati saya, sepertinya Tuhan ngomong, ‘Ini waktunya, kamu tolong dia. Ya, saya mau taat aja. Saya telepon anak saya dan beri tahu bahwa ini adalah yang Tuhan mau. Jadi apa yang mama lakukan adalah yang Tuhan mau."
Keputusan Susanti untuk menerima suaminya kembali semakin melengkapi kebahagiaan keluarganya. Dari semua pengalaman yang dialami, ia mendapat banyak pelajaran berharga.
"Hidup itu perlu diperjuangkan, tapi dengan siapa kita berjuang itu masalahnya. Kalau kita berjuang bersama Tuhan Yesus, nggak ada sesuatu pun yang kita tidak bisa capai. Pasti bisa! Sebagaimana saya ada sampai saat ini bukan karena kuat dan gagah saya. Tetapi, kesanggupan saya adalah kesanggupan Allah dalam hidup saya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar