Kamis, 26 Juni 2014

Kisah Nyata



Anak Panti Sukses Usaha Bridal

Ia dikenal sebagai pengusaha bridal yang sukses. Kerasnya hidup masa kecil menjadi pelecut untuk berjuang mendapatkan hidup layak.

Berjuang Hidup
 
Sejak kecil Susanti Kartiningrum dan kakaknya harus tinggal di panti asuhan setelah ayah mereka bangkrut. Susanti kecil sering meneteskan air mata dan menahan pedih karena kehilangan kasih sayang. "Pada waktu itu, tidak ada rasa nyaman, tidak ada kasih sayang. Saya merasa hidup sendiri," ungkapnya.
Selama 15 tahun tinggal di panti asuhan dan  kemiskinan yang dialami keluarganya membuat Susanti bertekad untuk keluar dari kemiskinan. "Kalau sudah besar, saya harus berjuang. Saya mau hidup layak." Ia pun menjalani berbagai pekerjaan dari staf administrasi di rumah sakit, hingga guru. Dari berbagai pekerjaannya, akhirnya ia jatuh cinta pada bidang kecantikan.
"Saya suka sama hal-hal yang berhubungan dengan kecantikan dan merasa bisa mengerjakannya. Ada keberanian yang muncul begitu saja secara otodidak," Dari situ Susanti mulai merintis usaha salon yang diberi nama "Kezia" di Semarang.

Derita Perceraian
Susanti pun menikah dengan kekasihnya. Mereka dianugerahi dua anak laki-laki. Namun indahnya bahtera pernikahan tidak lama dirasakannya. Pertengkaran demi pertengkaran sering terjadi dalam rumah tangga mereka. Dengan alasan takut merusak perkembangan jiwa anak-anaknya, Susanti memutuskan berpisah dari suaminya.
Perpisahan itu ternyata membuat Susanti semakin tertekan. "Keadaan itu menekan saya, terutama pandangan masyarakat dan itu sangat memukul perasaan saya." Pertentangan batin mulai dirasakan Susanti. Hatinya kelu dengan peristiwa-peristiwa buruk yang menimpa hidupnya.
Kekecewaan terus memenuhi hatinya, hingga suatu hari seorang teman menelponnya. Melalui teman itulah Susanti kembali mendapat penguatan dan disarankan untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakiti hatinya. "Saya berjuang setengah mati untuk mengambil keputusan memaafkan. Saya berteriak, ‘Tuhan, oke saya maafkan!’ Tiba-tiba ada damai sejahtera dan saya mulai kuat lagi," ungkapnya.
Pengharapannya lahir kembali. Bahkan Susanti mulai mempunyai kerinduan untuk dapat bersatu lagi dengan suaminya.

Berkat Tuhan
Berbekal dengan sisa uang tabungannya, Susanti mencoba mengadu nasib di Jakarta dengan membuka usaha serupa. Namun lagi-lagi, Susanti belajar bahwa hidup tidak semudah bayangannya. Ia sempat merasa depresi dan kembali mempertanyakan Tuhan. Akhirnya, ia mendapat pencerahan. "Tuhan bilang serahkan semua yang ada pada hidupmu kepada-Ku." Pencerahan ini membuatnya bergairah. Dia menyerahkan usahanya kepada Tuhan. "Pada waktu saya nggak ada uang mau bayar tagihan, saya katakan sama Tuhan gini, ‘Tuhan, usaha ini milik-Mu. Tuhan kasih berkat ya’," kisahnya.
Saat itu malam hari dan sedang hujan, ada orang yang ingin melihat koleksi gaun pengantin miliknya. Susanti melayaninya itu dengan ramah. Sebuah gaun rancangannya laku terjual. Ia pun mampu membayar tagihannya esok hari.
"Sejak hari itu saya bisa melihat kebaikan-kebaikan Tuhan itu beruntun dalam kehidupan saya. Jadi, saya percaya bahwa hidup kita bener-bener dipelihara. Sejak itu saya makin beriman, makin mengerti dan nggak takut." Usaha Susanti pun semakin maju dan berkembang.

Tuhan Menyatukan Keluarga
 
Susanti mendapat kabar bahwa suaminya jatuh sakit dan membutuhkan dukungan dari keluarga. "Ada suara di hati saya, sepertinya Tuhan ngomong, ‘Ini waktunya, kamu tolong dia. Ya, saya mau taat aja. Saya telepon anak saya dan beri tahu bahwa ini adalah yang Tuhan mau. Jadi apa yang mama lakukan adalah yang Tuhan mau."  

Keputusan Susanti untuk menerima suaminya kembali semakin melengkapi kebahagiaan keluarganya. Dari semua pengalaman yang dialami, ia mendapat banyak pelajaran berharga. 

"Hidup itu perlu diperjuangkan, tapi dengan siapa kita berjuang itu masalahnya. Kalau kita berjuang bersama Tuhan Yesus, nggak ada sesuatu pun yang kita tidak bisa capai. Pasti bisa! Sebagaimana saya ada sampai saat ini bukan karena kuat dan gagah saya. Tetapi, kesanggupan saya adalah kesanggupan Allah dalam hidup saya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar