CARRIER OR CALLING?
Anda bisa jadi tidak menyadari bahwa rata-rata Anda
menghabiskan 8 jam dari seluruh waktu harian Anda untuk bekerja. Itu artinya,
SEPERTIGA dari waktu Anda, Anda habiskan di tempat kerja. Ini belum termasuk
waktu pulang-pergi dan macetnya, bagi Anda
yang bekerja di Jakarta. Apa yang Anda cari?
Tentu tak salah bekerja demi uang. Tapi, apakah cukup? Itulah pertanyaannya.
Apakah memang ada orang yang bekerja bukan semata-mata karena uang? Banyak! Tiga di antara yang banyak itu diangkat sebagai cover story INSPIRASI edisi Juni. Salah satunya dr. Lie Dharmawan dengan rumah sakit apungnya.
Hidup mapan di Jerman tak membuat dr. Lie kehilangan cita-cita kecilnya untuk menolong orang-orang miskin yang sakit. Lie juga tahu, orang-orang di pulau-pulau terpencil tak cukup punya uang untuk berobat ke Jakarta. “Kalau mereka tidak bisa ke sini, mengapa bukan kita yang ke sana?” demikian Lie menjelaskan mengapa ia membuat rumah sakit apung.
Ada Tumbur Tobing. Di dunia marketing ia telah mencapai puncak. Jabatannya, presiden direktur. Tapi, itu tak membuatnya puas. Ia justru berbalik langkah dan menekuni pengembangan SDM Kristen. “Ini panggilan untuk membekali orang-orang Kristen agar kompetitif di dunia kerja,” katanya.
Satu lagi, Ignatius Anggoro, seorang relawan WVI. Tadinya dia sudah bergaji cukup dengan bekerja di Jakarta. Tapi, ia justru mengaku menemukan kebahagiaan di pedalaman, tempat pelayanannya.
Nah, karena pekerjaan menyita sepertiga waktu hidup harian kita; tak ada salahnya sejenak kita mengambil INSPIRASI dari mereka. Siapa tahu kita memang perlu menemukan ulang makna dari pekerjaan kita.
Tentu tak salah bekerja demi uang. Tapi, apakah cukup? Itulah pertanyaannya.
Apakah memang ada orang yang bekerja bukan semata-mata karena uang? Banyak! Tiga di antara yang banyak itu diangkat sebagai cover story INSPIRASI edisi Juni. Salah satunya dr. Lie Dharmawan dengan rumah sakit apungnya.
Hidup mapan di Jerman tak membuat dr. Lie kehilangan cita-cita kecilnya untuk menolong orang-orang miskin yang sakit. Lie juga tahu, orang-orang di pulau-pulau terpencil tak cukup punya uang untuk berobat ke Jakarta. “Kalau mereka tidak bisa ke sini, mengapa bukan kita yang ke sana?” demikian Lie menjelaskan mengapa ia membuat rumah sakit apung.
Ada Tumbur Tobing. Di dunia marketing ia telah mencapai puncak. Jabatannya, presiden direktur. Tapi, itu tak membuatnya puas. Ia justru berbalik langkah dan menekuni pengembangan SDM Kristen. “Ini panggilan untuk membekali orang-orang Kristen agar kompetitif di dunia kerja,” katanya.
Satu lagi, Ignatius Anggoro, seorang relawan WVI. Tadinya dia sudah bergaji cukup dengan bekerja di Jakarta. Tapi, ia justru mengaku menemukan kebahagiaan di pedalaman, tempat pelayanannya.
Nah, karena pekerjaan menyita sepertiga waktu hidup harian kita; tak ada salahnya sejenak kita mengambil INSPIRASI dari mereka. Siapa tahu kita memang perlu menemukan ulang makna dari pekerjaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar