Imago Creative Conference
SAATNYA
BERUBAH DENGAN KREATIF
Yayasan Cahaya Bagi Negeri (CBN) Indonesia yang bergerak dalam bidang
media dan kemanusiaan kembali menggelar agenda tahunan bagi anak muda. Dengan
mengusung tema IMAGO Creative Conference & Film Festival, acara ini
dimaksudkan untuk menginspirasi generasi muda untuk menghasilkan karya-karya
kreatif dan positif untuk membangun masyarakat. Selain itu, juga diharapkan dapat
membangun kolaborasi dunia kerja dan pelayanan media.
Acara yang menggabungkan dunia kerja, kreativitas, misi, dan media ini
berlangsung dua hari, terbagi dalam sesi workshop dan conference. Workshop berlangsung di Blitz
Megaplex, Grand Indonesia dengan menghadirkan Garin Nugroho (sutradara), Lukman
Sardi (aktor), Nicoline Patricia (fotografer), Titien Wattimena (penulis naskah)
& Arswendo Atmowiloto (budayawan).
Sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang berbagi dalam sesi
konferensi di Upper Room, Wisma Nusantara, Jakarta. Wakil Gubernur DKI Ir.
Basuki T. Purnama berbagi tentang rasa “gemas” terhadap sikon bangsa dan pesan
ayahnya yang mendorong dia terjun ke dunia politik. Fofo Sariaatmadja, Presiden
Direktur PT Surya Citra Media Tbk (holding company of SCTV) membahas tentang
mimpi yang layak diperjuangkan dan yang tidak. Ia mengisahkan perjalanannya
dalam mengelola industry televisi.
Ada juga tokoh pluralis, aktivis keagamaan, sosial, dan media. Mereka
ini Yenny Wahid, Albertus Patty, Ulil Abshar Abdalla, Romo Franz Magnis Suseno,
Jim Yost, Eko Nugroho, Danny Oei, dan
Mark McClendon.
Empat Revolusi Ide
Mark yang menjabat Regional Director CBN Indonesia/Myanmar mengingatkan
bahaya revolusi ide yang tengah mengancam umat beragama, bukan hanya Krsiten.
Ada 4 revolusi ide menurut Mark, yakni: tsunami multimedia, moralitas dunia
baru, gerakan anti-Tuhan, dan agama baru: manusia sebagai Tuhan. Dari 4 hal
itu, untuk kondisi Indonesia, tsunami multimedia perlu mendapat perhatian
serius.
Saat ini, lanjut Mark, tengah terjadi pelipatgandaan media sosial, on-line, dan internet. Pengaruh media
akan berlipat tiga pada dekade mendatang. Orang akan lebih mencari jawaban di
internet, yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Menghadapi hal itu, Mark
menegaskan, “Kita harus bangkit, bertindak dan berpikir secara beda. Harus
nasionalis, kebangsaan, melihat gambar besarnya. Ini waktunya gereja berubah.”
(Gie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar