Rabu, 11 Juni 2014

Kafe Etos



RAJA YANG LEMAH

"Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain." (Kol. 3:16a)

Konon di negeri Antah Berantah memerintahlah seorang raja yang bijaksana. Apa  pun yang dititahkannya selalu dikerjakan para punggawanya dengan segera. Namun, para abdi istana itu punya satu kebiasaan buruk: terlalu suka mencari perhatian, menjilat, dan angkat telur.

Kalau kebetulan berjalan beriringan, mereka akan berlomba-lomba “menyenangkan” hati raja dengan cara memuja-mujinya. Yang satu berkata: Tuanku adalah raja yang paling bijaksana di dunia; tak ada raja lain di muka bumi ini yang melebihi kebijaksanaan baginda. Yang lain tidak mau kalah: Kita sungguh bahagia memiliki raja yang amat perkasa; tidak pernah kalah di dalam perang, semua tunduk belaka di hadapan raja kita. Tidak mau ketinggalan, punggawa lain bersuara: Baginda raja kita memang luar biasa; jangankan bala tentara musuh, flora dan fauna pun akan tunduk dengan takzim bila tuanku lewat.  

Demikianlah mereka menghalalkan segala pujian untuk mencari muka. 
Lama kelamaan, raja makin muak dengan semua perlakuan tersebut dan mulai menyusun rencana untuk memberi sebuah pelajaran.  

Menguji Penjilat
Suatu hari, raja mengajak para punggawanya berjalan-jalan di pantai. Seperti biasa, para abdi kraton ini kembali berlomba-lomba mengeluarkan puji-pujian gombal.  

Raja yang kehilangan kesabarannya itu pun berujar, “Kalian mengatakan bahwa aku adalah seorang raja yang paling hebat di muka bumi, benarkah begitu?” 
“Ya, benar, Baginda. Itu jelas belaka, semut dan ngengat pun tahu. Apa saja yang Baginda perintahkan pastilah terjadi,” seperti koor yang bergaya kanon para punggawa itu menjawab. 

“Betulkah kalau aku memerintahkan rakyat membayar pajak, mereka akan mematuhinya?” 
“O, sudah pasti, sudah pasti yang mulia,” para punggawa itu berlomba cepat menjawab. 

“Aku juga pernah mendengar, karena keperkasaanku semua makhluk di dunia akan tunduk kepada perintahku. Benarkah itu?” 
“Benar, Baginda. Segala titah raja pasti dituruti oleh apa pun dan siapa pun di muka bumi.” 

Tanpa disadari, mereka sudah menginjakkan kaki di bibir laut. Lalu raja bertanya lagi, “Apakah betul kalau aku memerintahkan agar gelombang laut menari-nari, gelombang ini akan menurut?” 

Para punggawa itu tiba-tiba terdiam dan berangsur pucat.
Lalu dengan gaya yang gagah dan megah raja pun berseru, “Wahai lautan luas, samudera biru, aku memerintahkan kamu untuk bergelora dan membentuk gelombang besar, lalu bergulung-gulunglah untukku dan menarilah di hadapanku.”

Tetapi air laut ternyata tidak tunduk kepada perintah raja. Berkali-kali raja berseru demikian, namun laut tetap seperti sedia kala. Gelombang yang datang tetap saja kecil yang dengan lembutnya menyapa dan mengempaskan diri ke pantai.  

Raja mengalihkan pandangannya kepada para abdinya. Mereka hanya bisa terdiam, membisu, tidak mampu berkata-kata karena malu. 
“Wahai para abdi dan punggawaku, ternyata aku tak sehebat seperti yang kalian sanjung selama ini. Lihatlah laut ini. Mereka sama sekali tidak tunduk kepada perintahku. Aku ternyata tidak sanggup memerintah mereka. Aku ini manusia biasa saja seperti kalian, seorang anak manusia yang ditakdirkan menjadi raja.
Raja maha perkasa seperti yang kalian bilang itu adalah Tuhan serwa sekalian alam, sembahan kita semua. Untuk itu, aku perintahkan kalian: agar mulai sekarang jangan  mendewa-dewakan aku lagi.” 
 ***

Seni Mendidik dan Menegur

Banyak wajah seni yang kita tahu: seni pahat, tari, lukis, puisi, pentas, dan sebagainya. Tetapi, seni yang kita pelajari dari kisah di atas adalah seni mendidik dan seni menegur.

Raja memberikan pelajaran yang penting dan berharga kepada para punggawanya dengan cara yang kreatif dan efektif. Itulah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, guru, dan orangtua karena memang: kepemimpinan, keguruan, dan keorangtuaan adalah sebuah seni.

Seni diperlukan bukan saja untuk memimpin, tetapi dalam semua aspek pekerjaan kita: produksi, transportasi, komunikasi, motivasi, pemecahan masalah, perencanaan, pemasaran, keuangan, dan sebagainya.
Kita semua dianugerahi Tuhan dengan bakat atau talenta yang beragam. Manfaatkanlah itu saat berolah kerja, niscaya kita akan berkembang menjadi orang yang lebih kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan kita. 

Gagasan untuk Diterapkan:
1.      Anda didera masalah berat? Berfantasilah seolah-olah Anda  dianugerahi Tuhan dengan serba kemampuan memecahkan masalah itu. Apa saja solusi yang muncul di benak Anda?
2.      Dapatkah Anda membayangkan bola voli berbentuk kotak, rumah berbentuk spiral, atau istana di dasar laut? Dapatkah Anda membayangkan diri  menjadi Superman yang bisa mengatasi korupsi dan kemiskinan di Indonesia? Cobalah lagi berfantasi seperti zaman dulu saat masih anak-anak.
3.      Mohonlah anugerah Roh Kudus dalam bentuk kreativitas untuk memecahkan masalah Anda.

(Jansen Sinamo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar