Seputih Cinta Melati
KADO LEBARAN DARI
ALENIA
"The child is father of the man...." (William Wordsworth)
Menyambut Hari Lebaran, Alenia Pictures
mempersembahkan film untuk anak dan keluarga, Seputih Cinta Melati. Berbeda dengan
film-film sebelumnya, kali ini rumah produksi yang didirikan pasangan suami
istri Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen itu membuat film keluarga bergenre religi.
Menurut
Ale, sapaan akrab Ari Sihasale, ia sengaja mengusung tema keluarga dan anak-anak
karena tidak ingin anak-anak kehilangan tontonan yang sesuai dengan umurnya. "Kita
lebih concern ke dunia anak dan
keluarga," ujarnya.
Sementara bagi Nia, hadirnya film religi ini juga sebagai
kado dari sang suami yang kristiani. "Ini adalah hadiah dari Mas Ale untuk
saya karena dibuatkan film untuk Lebaran," ujarnya.
Seputih Cinta
Melati berkisah tentang dua tokoh
kecil bernama Rian (Fatih Unru) dan Melati (Naomi Ivo) yang masih lugu dan
polos. Keduanya secara tak sengaja menolong dua buronan polisi, Erik (Asrul
Dahlan) dan Ivan (Chicco Jerikho). Kedua
kakak beradik ini senang mendapat teman baru. Ketika mereka hendak memancing,
kaki Melati terperosok yang kemudian ditolong oleh Ivan dan Erik.
Banyak pesan yang ingin disampaikan melalui film besutan Ari Sihasale yang juga dibintangi oleh Sabai Morscheck ini. Ketulusan, kejujuran, dan kepolosan hati anak-anak yang dapat mengubah orang dewasa, toleransi beragama, dan juga mengajak masyarakat untuk lebih menjaga anak-anak dari korban kejahatan. Selain pesan moral dan sosial, film berdurasi 107 menit ini juga dibumbui beragam peristiwa aktual di Indonesia.
Beberapa adegan dibuat sebagai sindiran
atau semacam satire sosial. Misalnya ketika Pak Haji melaporkan kehilangan
gamis yang sedang dijemur kepada Briptu Yana. Sesampainya di TKP, polisi yang
dekat dengan masyarakat itu tanpa basa-basi langsung memutus tali jemuran
sebagai barang bukti. Baju-baju yang dijemur pun berhamburan ke tanah. Hal ini tentu
mengejutkan Pak Haji. Atau seribu jurus kampanye Kang Asep yang menjadi tim
sukses calon anggota legislatif bernama Abdi.
"Film ini kami buat khusus untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Ada juga pesan-pesan untuk kampanye. Kita coba masukkan sedikit pesan-pesan tentang kampanye walaupun tidak terlalu banyak. Mudah-mudahan pesan-pesan yang sederhana itu bisa menyentil penonton," jelas Ale.
Belajar dari Anak-anak
Sebagaimana trade mark film Alenia, selalu ada cara
mengomunikasikan keindahan Indonesia. Dalam film ini penonton disuguhi
gambar-gambar panoramik indah dari alam Priangan yang jelita. Shooting
mengambil tempat antara lain di perkebunan teh Rancasuni, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, dan desa sekitarnya.
Alenia
memang piawai dalam mencari tempat-tempat yang bukan spot turis
namun sangat indah untuk dijadikan lokasi shooting.
“Suasananya lokal sekali, kental kekeluargaannya. Cocok dengan jalan cerita
Seputih Cinta Melati. Di sana tim
artistik kami menyulap hutan pinus menjadi sebuah danau lengkap dengan pondok
dan dermaga mungil,” kisah Ale.
Keindahan alam menjadi
panggung penyampai pesan tentang hati tulus anak yang meluluhkan kekerasan hati
orang dewasa yang membatu.
Pujangga Inggris, William
Wordsworth pernah menulis: "The
child is father of the man...." Maksudnya, anak kadang lebih bijak
daripada orang dewasa. Orang tua bisa belajar dari anak. Seperti itulah para
buron dalam film Seputih Cinta Melati yang belajar pada tokoh Melati,
bocah polos yang berhati seputih melati.
"Film ini tentang ketulusan hati dan kasih sayang dari anak-anak kecil yang bisa mengubah perilaku orang dewasa. Kita bisa belajar dari sifat ketulusan anak-anak," tutur Nia selaku produser. Selain tentang Ramadan, tambah Nia, film ini juga berpesan supaya orangtua lebih hati-hati menjaga anak-anak karena sekarang banyak kejahatan terhadap anak-anak." [g]