Senin, 26 Januari 2015

Parenting

TIGA BULAN PERTAMA KEHIDUPAN BAYI


Sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa minggu pertama kehidupan bayi di rumah merupakan masa adaptasi yang signifikan, baik bagi sang bayi maupun orangtuanya. Bukan hal yang jarang terjadi, bila seorang bayi yang baru saja selesai disusui kemudian menangis, sepertinya tanpa alasan yang jelas. Dalam kasus-kasus demikian, akan sangat menolong bila orangtua mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada bayi yang baru lahir, sehingga dapat menyikapi kerewelan bayinya dengan lebih pengertian.

Seorang bayi yang baru lahir umumnya rewel karena ia memerlukan waktu untuk merasa nyaman di luar kandungan ibunya, yang merupakan lingkungan baru baginya. Sistem saraf seorang bayi yang baru lahir memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai sensasi yang ada di lingkungan barunya. Umumnya bayi lebih mudah merasa terganggu di tiga bulan pertama kehidupannya, karena pada masa tersebut otak bayi masih berfungsi secara refleks. Akibatnya, berbagai sinyal dari lingkungan (seperti bunyi, perubahan cahaya, dan lain-lain) yang masuk ke otak bayi, langsung direspon tanpa saringan, tidak seperti yang terjadi pada otak orang dewasa. Dan satu-satunya cara yang diketahui bayi untuk merespons sinyal-sinyal tersebut adalah dengan menangis. Jadi bukanlah salah sang bayi, bila ia rewel. Ia tidak mengetahui cara lain untuk merespon berbagai sinyal dari lingkungan yang masuk ke otaknya.

Setelah tiga bulan, umumnya keadaan akan menjadi lebih baik. Tangisan dan rengekan bayi biasanya berkurang dari rata-rata tiga jam per hari di tiga bulan pertama, menjadi rata-rata sejam per hari.

Jam Tidur
Sebenarnya, bayi yang baru lahir rata-rata tidur selama 16 jam sehari dan hanya bangun selama rata-rata 8 jam sehari. Namun, tidur selama 16 jam tersebut terbagi dalam beberapa periode dalam kurun waktu 24 jam. Akibatnya, orangtua yang mengasuh bayi yang baru lahir biasanya maksimum hanya dapat tidur tenang selama 3-4 jam per kali tidur. Kondisi ini biasanya membaik setelah tiga bulan, di mana sebagian besar bayi umumnya sudah dapat tidur selama 8 jam di malam hari. Namun, ada juga beberapa bayi yang baru dapat tidur selama itu setelah melewati masa lima bulan.

Selain lebih panjang, tidur bayi pun umumnya akan menjadi lebih teratur setelah masa tiga bulan pertama. Hal tersebut dikarenakan pola siang-malamnya menjadi lebih teratur. Pola siang – malam ini sebenarnya dipengaruhi oleh pergantian gelap – terang. Pada pagi hari, cahaya matahari yang mengenai retina mata bayi akan mengirimkan sinyal ke bagian otak yang mengatur tidur bayi, untuk memperlambat produksi melatonin.

Melatonin adalah zat yang menginduksi tidur. Semakin banyak cahaya yang diterima mata, semakin sedikit melatonin yang diproduksi oleh tubuh, sehingga akhirnya bayi pun bangun. Dan di malam hari ketika cahaya matahari berkurang, produksi melatonin pun meningkat sehingga bayi mengantuk. Tubuh bayi umumnya memerlukan waktu sekitar tiga bulan untuk dapat mengatur produksi melatonin berdasarkan sinyal gelap – terang, karena ketika masih dalam kandungan, ia tidak memproduksi melatonin melainkan menerima melatonin dari ibunya melalui ari-ari.

Tidur Horizontal
Pada tiga bulan pertama ketika pola siang – malam bayi belum berfungsi penuh, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk memperpanjang tidur bayi adalah dengan menggendongnya dengan posisi horizontal sambil digoyang-goyangkan secara perlahan. Biasanya bila hal ini dilakukan selama beberapa menit, bayi akan tertidur. Hal ini dikarenakan sistem vestibular yang terletak di dalam telinga dan mengkoordinasikan gerakan kepala, mata dan tubuh, sangat dipengaruhi oleh posisi tubuh.

Bila bayi digendong dengan posisi tubuh tegak, maka sistem ini akan bekerja untuk membuat bayi menjadi lebih siaga, sedang bila bayi berada dalam posisi tubuh horizontal, maka sistem ini akan membuat bayi menjadi relaks dan mengantuk. Selamat mencoba, Tuhan memberkati.

Monday Spirit



Jika Aku di Tempatnya

Jack adalah petugas polisi yang ditempatkan di sebuah negara bagian. Dia anggota kepolisian yang berdedikasi. Suatu hari, ketika bertugas dia menghentikan mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan menerobos lampu merah. Pengemudinya pria seumuran dengannya. Jack segera meminta SIM (Surat Izin Mengemudi) pria tersebut untuk dibuatkan surat bukti pelanggaran dan denda yang harus dibayar.

Sesal Akibat Prasangka
Setelah berinteraksi, ternyata mereka berdua saling kenal. Pengemudi mobil itu Jim, teman Jack sewaktu di sekolah menengah. Karena bertemu teman lamanya, Jim yakin kalau dia akan terbebas dari tuntutan denda. Namun, Jack tetap meminta SIM-nya. Dengan perasaan kesal Jim menyerahkannya, kemudian segera menutup rapat-rapat kaca jendela mobilnya. Dia kesal luar biasa terhadap Jack yang tampak tidak mempedulikan dirinya.

Dalam kekesalan, saat Jack mengetuk kaca jendela mobilnya untuk menyerahkan surat tilang, Jim hanya membuka sedikit kaca mobilnya. Setelah itu dia segera meninggalkan Jack tanpa basa-basi.

Setelah menjalankan mobilnya, Jim baru tahu kalau SIM miliknya tidak ditahan. Jack juga menyerahkan sebuah surat. Dengan perasaan penasaran Jim menghentikan mobilnya dan membuka surat yang diberikan Jack. Surat dengan tulisan tangan itu demikian: 

”Jim, aku sempat memiliki seorang anak yang manis serta menggemaskan.. hingga sekali peristiwa seorang pengemudi memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Dia menerobos lampu merah. Mobilnya tidak terkendali dan menewaskan anakku. Pengemudi gila itu disidangkan dan kemudian dipenjarakan. Selepas dari penjara dia dapat pulang ke rumah dan memeluk anaknya. Sementara aku kehilangan anakku selama-lamanya. Sejak itu, aku tidak pernah memaafkan siapa pun yang memacu kendaraannya di jalanan dan melakukan pelanggaran. Tetapi, kali ini aku memaafkanmu. Hanya saja, ingat, jangan menambah korban – karena kehilangan itu sangat menyakitkan.”

Setelah membaca surat itu, Jim segera berbalik mencari Jack, namun dia tidak menemukan. Jim menyesal dengan sikapnya tadi kepada Jack. Sepanjang jalan dia tidak tenang. Hatinya dipenuhi beragam perasaan. Dia tidak dapat membayangkan kalau dirinya ada di tempat Jack. Saat itu simpati dan empatinya muncul. Tanpa terasa air matanya menitik membasahi wajahnya.

Tukar Peran
Betapa seringnya dalam keseharian kita, saat dipertemukan dengan banyak pribadi, kita bersikap dan bertindak tidak simpatik dan tidak empatik. Kita lebih sering menuntut orang lain untuk mengerti dan memahami diri kita lebih daripada kita mencoba memahami dan mengerti orang lain. Kita merasa diri kita layak mendapatkan semua itu. Kita menuntut orang lain memaklumi apa yang kita lakukan dan ucapkan, tanpa peduli apakah tindakan dan ucapan itu benar atau salah.

Kita menjadi pribadi yang egois dan egosentris. Jika hal itu kita alami cobalah melakukan pertukaran peran. Tempatkanlah diri kita di tempat dia dan biarkan dia menempati tempat kita. Dengan cara itu kita akan lebih obyektif dengan sikap-sikap kita. Jangan-jangan kita malu dengan apa yang kita lakukan dan ucapkan, dan kita akan menjadi maklum dengan sikap orang lain kepada kita.

Melakukan pertukaran peran akan membantu kita membangun simpati dan empati kita kepada semua orang. Hal itu membuat kita tidak cepat-cepat menanggapi sikap orang lain dan menuduh orang lain sebagai pribadi yang patut dimusuhi. Membangun simpati dan empati bagi semua orang bahkan akan menolong kita untuk lebih memahami orang lain: memahami kemarahan, kekecewaan, kesedihan, kegembiraan, ketidakpedulian, sikap acuh tak acuh dan semua respons yang dinyatakannya. Hal ini akan meminimalkan kesalahpahaman dan memaksimalkan pertemanan dan persahabatan. Selamat menjadi sesama bagi sesama.   

[Imanuel Kristo dalam Monday Spirit]

Minggu, 25 Januari 2015

Kabar Kita


Natal 2014 Gereja Tiberias Indonesia
Kuasa Bagi Yang Percaya

Suasana Perayaan Natal Gereja Tiberias Indonesia
Gereja Tiberias Indonesia (GTI) kembali menggelar perayaan Natal 2014 secara besar-besaran. Acara yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada 13 Desember 2014 ini diikuti sekitar seratus ribu orang jemaat GTI dan simpatisan. Acara perayaan Natal yang digelar tiap tahun ini dihadiri banyak didominasi anak-anak muda.

Sejak siang ribuan jemaat sudah datang memadati Stadion GBK. Suasana perayaan begitu meriah dengan lagu-lagu pujian yang dinaikkan dengan merdu dan tertata apik disertai dengan tari-tarian. Lagu-lagu pujian bagi Tuhan dengan nada rancak berpadu dengan pujian syahdu terus bergema dari paduan suara dan jemaat yang memadati Gelora Bung Karno.

Natal Gereja Tiberias ini menampilkan paduan suara beranggotakan lima ribu orang yang telah berlatih hampir tiga bulan. Sekitar dua puluh lagu dinaikkan secara nonstop dan diselingi lagu pujian dari Arseto yang menuturkan tentang makna hidup dan panggilan. Beberapa layar lebar dengan satu layar raksasa di panggung membantu jemaat yang menaikkan pujian dengan antusias dan sukacita. Dua pohon natal raksasa berdiri tegak di sebelah kanan dan kiri panggung. Natal semakin mengokohkan suasana Natal. Puncak Perayaan Natal 2014 ditandai dengan penyalaan lilin yang dipimpin Pdt. Darniati Pariadji dan diakhiri dengan pesta kembang api. 

Kuasa Bagi Yang Percaya
Pdt. Yesaya dan Daniarti Pariadji
Perayaan Natal GTI ke-14 dan menyambut Tahun Baru 2015 ini dipimpin langsung oleh Gembala Sidang GTI Pdt. DR. (HC) Yesaya Pariadji. Natal kali ini mengusung tema "Semua yang menerima-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah” yang diambil dari Injil Yohannes 1:12.

Dengan suara serak Pdt. Yesaya Pariadji mengenang awal panggilan pelayanannya. “Saya yang tidak mengenal Tuhan dipanggil-Nya. Tuhan memanggil saya untuk melayani-Nya dan menjadi pendeta, tetapi saya mengatakan bahwa saya tidak mampu. Tuhan terus mendorong saya. Apakah saya layak Tuhan? Tidak terasa pelayanan GTI terus semakin berkembang semua karena kasih anugerah-Nya,” tuturnya.      

Pdt. Yesaya Pariadji dalam khotbahnya menegaskan kuasa bagi setiap orang yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan Tuhan dalam hidupnya. "Datangnya Sang Juru Selamat dari sorga ke dunia untuk memberi damai sejahtera, untuk memberi diri-Nya menebus dosa kita, menyelamatkan kita, sehingga kita bisa masuk sorga bersama-sama dengan Dia,” katanya yang disambut amin oleh seluruh jemaat yang hadir. Pada akhir khotbah diadakan perjamuan kudus dan pembagian minyak urapan.

Pada Natal ini juga ditampillkan pula kesaksian dari jemaat dan belasan dokter spesialis yang meneguhkan kesaksian. Angelina yang datang bersama putri dan menantunya menyatakan sukacitanya. “Saya sudah sepuluh kali menghadiri perayaan Natal GTI, dan tiap kali saya mendengar kotbah hamba-Nya Bapak Pendeta Pariadji iman saya selalu diperbaharui,” ujarnya.

Cuaca Baik
Puji-pujian bagi Sang Raja Damai
Sementara itu, Pdt Sudarmadji dalam konperensi pers dengan media mengatakan bahwa visi perayaan Natal besar-besaran itu langsung diperintahkan oleh Tuhan kepada Pdt. Yesaya Pariadji. “Tuhan langsung memerintahkan kepada hamba-Nya, Bapak Gembala Sidang untuk merayakan Natal bersama,” ujarnya. “Natal ini dilakukan secara besar-besaran dengan melibatkan semua jemaat GTI. Selain dari Jabodetabek, banyak juga dari Bali, Manado, Medan, dan daerah lainnya.” tambah Pdt. Gideon Simanjuntak.

Selain perayaan Natal bersama di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), setiap cabang juga meyakan Natal tepat pada 25 Desember.  “Nanti setiap cabang akan tetap menyelenggarakan perayaan pada tanggal 25 Desember di gereja masing-masing,” jelas Pdt. Gideon. Ia menambahkan bahwa GTI sekarang terus berkembang maka perlu ada kebersamaan dalam merayakan secara  bersama. “GTI setiap bulan sekarang selalu ada bertambah cabang baru,” ujarnya.

Mukjizat selalu ada tiap kali perayaan Natal. Percaya atau tidak, selama 14 tahun merayakan Natal, tidak pernah hujan meski Desember adalah musim hujan. . “Ini untuk ke-14 kalinya perayaan Natal besar-besaran dan puji Tuhan sampai kali ini tidak pernah hujan. Seperti sekarang, cuaca baik. Tentu saja ini berkat doa-doa yang dinaikkan setiap pendoa di  jemaat yang disuruh Bapak Gembala sebelum perayaan berlangsung,” ujar Gideon.

Untuk keamanan, Natal Gereja Tiberias Indonesia kali ini melibatkan sekitar 700 hingga 1.000 aparat untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dari setiap orang yang datang menghadiri perayaan. (*)

Sosialita



Susan Bachtiar
Natal: Menjadi Manusia Baru

Hidup sehat dan berbagi, itulah yang banyak dilakukan presenter Susan Bachtiar belakangan ini. Meski usianya tak muda, wanita kelahiran Jakarta 2 Mei 1973 ini ikut Bali Marathon dan Jakarta Marathon untuk menggalang dana. Selain itu, sebagai Duta Yayasan Jantung Indonesia, Susan juga aktif mengkampanyekan hidup sehat sekaligus menggalang dana untuk membantu operasi jantung bagi masyarakat kurang mampu. Salah satunya melalui kampanye “Go Red for Women” (Perempuan Waspadalah..!) pada ajang Jakarta Fashion Week 2015.

Bagi Susan, berbagi sebagai ungkapan rasa syukur. “Saya sudah cukup bersyukur dengan keadaan yang saya punya dan saya ingin berbagi. Berbaginya bukan harus materi. Berbagi talenta apa yang saya punya. Berbagi tenaga, misalnya saya lari waktu Bali Marathon. Saya bantuin charity, jadi MC, atau cari dana ke orang-orang koneksi saya,” tuturnya.

Sementara terkait dengan momen Natal, bagi Susan Natal memiliki mankna refleksi diri. “Saya melakukan refleksi bukan di Tahun Baru, tapi di Hari Natal karena bagi saya, Natal itu kan kelahiran Tuhan Yesus. Saya ingin pada saat Natal saya lahir jadi orang baru. Menjadi manusia baru yang punya tujuan,” ungkap Susan yang ingin mengisi Natal dengan liburan ke Bali bersama keluarga. (Gie)