Harry
Darsono
Pembaruan,
Bukan Pembauran
Pementasan drama musikal Putih
Hitam Lasem oleh D’ArtBeat yang menceritakan cinta dua etnis Tionghoa dan
Jawa dengan mengekspose batik Lasem memiliki makna tersendiri bagi Harry
Darsono. Perancang adibusana yang didapuk menjadi desainer kostum ini
menampilkan rancangan dengan warna-warna cerah: merah, oranye, kuning, hijau
muda, dan biru muda dengan desain kontempor.
“Saya membuat Lasem baru. Misalnya ada burung hong, lokcan, macan. Lalu, saya manifestasikan dalam bentuk seni busana dan harus up to date sehingga jadi tontonan yang menyegarkan,” jelasnya. Beberapa karya Harry telah dipakai untuk pertunjukkan kelas dunia, seperti Julius Caesar, Madame Butterfly, Halmet dan Othello, King Lear, serta Romeo dan Juliet karya Shakespeare.
Dengan desain kontemporer dan elegan, busana batik karya Harry bisa untuk anak-anak muda hingga kalangan sosialita. “Kita membuat sesuatu yang baru. Bisa dipakai oleh anak-anak muda penggemar K-Pop. Bisa ‘ditabrakkan’ sama jeans. Untuk ibu-ibu parlente yang pakai tas bermerk juga ada,” tuturnya.
Mengenai isu
pembauran, bagi Harry itu sudah kuno. “Bukan pembauran – itu sudah kuno – tapi
pembaruan. Kita ini sudah pembauran sejak zaman Doho, Majapahit. Sebelum Islam
masuk kita sudah berbaur. Pembaruan yang penting. Jadi, melihat hidup dari
perspektif baru.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar