Minggu, 31 Januari 2016

Monday Spirit



Menjadi Pemenang

Dalam lomba lari Marathon Zheng-Kai tahun 2010, Jacquline Nyetipkei Kiplimo (biasa dipanggil Jacq) adalah pelari wanita marathon papan atas asal Kenya. Salah satu peserta dalam lomba marathon itu seorang atlit asal China yang tidak memiliki lengan. Saat berlari di lintasan, Jacq melihat atlit China tersebut kesulitan mengambil air minum. Dia tampak dalam bahaya terancam dehidrasi. Dengan segera Jacq mengambilkan air dan membantu memberikan minuman di setiap pos, mulai dari km 10 sampai km 38. Setelah pelari itu tampak membaik, Jacq mulai berlari dan menunjukkan kemampuan luar biasanya.

Namun, dengan apa yang telah dilakukannya itu otomatis menghambat larinya. Hasilnya, Jacq harus rela menjadi juara ke-2 serta kehilangan hadiah sebesar US $ 10.000 (setara Rp135 juta).

Seusai pertandingan, ketika ditanya media, Jacq berkata: “Saya tidak pernah menyesal untuk membantu orang lain. Bagi saya dia bukan orang asing, tetapi perlu mendapat bantuan dari saya. .... It’s all not abaout the winning.” Jacq saat itu memang tidak menjadi juara. Dia tidak mendapatkan posisi pertama, tetapi Jacq adalah pemenang yang sesungguhnya.

Pemenang sejati
Seorang pemenang sejati adalah mereka yang mampu mengalahkan dirinya sendiri lebih dari pada mengalahkan orang lain. Mengalahkan diri sendiri adalah mengalahkan hasrat, egoisme, egosentrisme, dan keinginan untuk menjadi yang utama demi untuk sesuatu yang jauh lebih bernilai. Mengalahkan diri sendiri adalah kerelaan untuk mengambil posisi di bawah yang utama serta sedikit tampak kurang terhormat demi untuk sesuatu yang lebih bernilai tadi. Termasuk pula di dalamnya kerelaan untuk berkorban demi orang lain – sekalipun harus dibayar dengan konsekuensi sebagaimana yang dilakukan oleh Jacquline tersebut.

Terkait dengan hal tersebut, Stuart B. Johnson mengungkapkan, “Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah melampaui orang lain, tetapi untuk melampaui diri sendiri – untuk memcahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini”.

Menjadi juara ditandai dengan ceremoni dan prosesi lewat medali dan tropi yang kemudian diangkat tinggi-tinggi dalam kebanggaan. Tetapi, menjadi pemenang dihadiahi penghargaan lewat nama baik dan kenangan yang tidak mudah di lupakan. Seorang juara menciptakan posisi, tetapi pemenang menciptakan “legacy”. Dan, kegembiraan yang pernah kita berikan hari ini kepada orang lain akan menentukan kebahagiaannya hingga dua puluh tahun mendatang. Sebaliknya kita yang melakukannya juga akan menambah “tabungan” kebahagiaan kita. Zig Ziglar pernah berkata: “Anda dapat memperoleh sesuatu yang Anda inginkan dalam hidup jika Anda cukup menolong orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan”.

Pemenang vs Juara
Untuk menjadi juara dibutuhkan momen kompetisi bagi setiap pesertanya. Tetapi, untuk menjadi pemenang yang dibutuhkan adalah kesadaran diri. Bahwa kita tidak mungkin hidup tanpa orang lain dan ciptaan yang lain. Kesadaran diri itulah yang membuat kita mampu menghargai orang lain lebih dari sekadar kompetitor yang harus dikalahkan, tetapi sebagai sesama yang tidak mungkin diabaikan.

Dalam pelajaran yang dipraktikkan oleh Jacq, kita diingatkan dengan kenyataan: mereka tidak saling kenal, tidak satu ras, dan tidak satu warna kulit. Ada kesulitan berkomunikasi verbal karena mereka berbeda bahasa dan adat istiadat. Bahkan secara real mereka saat itu diposisikan untuk saling berkompetisi, memperebutkan hadiah ratusan juta. Namun mereka dapat menunjukkan keindahan di depan begitu banyak pasang mata bahkan dunia.

Dan yang tidak boleh kita lupa adalah kenyataan bahwa posisi juara itu selalu bisa digantikan, tetapi posisi pemenang akan lebih abadi. Ketika seorang juara lahir, di belakang dia sudah menunggu banyak pribadi yang siap menggantikannya. Lewat kerja keras dan kesungguhan, siapa pun mampu meraihnya. Tetapi seorang pemenang akan selalu diingat selamanya. Kisahnya tidak bisa tergantikan dan “lagacy”-nya akan tetap bertahan tanpa meminta orang lain untuk selalu mengingatnya. Selamat menjadi pemenang lebih dari pada menjadi juara. (Imanuel Kristo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar