Senin, 31 Agustus 2015

Parenting



Parent Frustration Syndrome


Orangtua tentu mengasihi anaknya. Namun pada kenyataannya, mengasihi anak tidaklah selalu berarti menyukai ataupun memiliki perasaan yang positif terhadap pikiran ataupun reaksi anak. Tidak sedikit orangtua yang pernah terpikir, “Saya tidak tahan lagi menghadapi anak saya” atau “Energi saya sepertinya sudah terkuras habis oleh anak saya”.

Kondisi tersebut diperparah oleh tekanan pekerjaan yang dihadapi orangtua di luar rumah ataupun tanggung jawab untuk mengurus orangtua yang sudah renta. Kondisi demikian, dalam dunia konseling, dikenal dengan istilah Parent Frustration Syndrome (PFS), yaitu kondisi orangtua merasa kewalahan secara emosional menghadapi sikap dan perilaku anak serta pesimis terhadap hasil usahanya mendidik sang anak.

Tenangkan DIRI
Orangtua yang mengalami Parent Frustration Syndrome tidak banyak yang menyadari bahwa penyebab dari kelabilan emosi mereka bukanlah sang anak yang sulit ditangani. Dalam membesarkan anak akan selalu ada masa ketika anak memancing reaksi emosional orangtua. Namun hal itu tidaklah berarti bahwa orangtua harus terpancing untuk bereaksi secara emosional.

Dalam situasi demikian, penentu respons orangtua adalah orangtua sendiri, khususnya kemampuan orangtua untuk menenangkan diri (self-soothing). Bila orangtua memiliki kemampuan yang cukup untuk menenangkan diri, ia tidak akan mudah terpancing secara emosional oleh sikap dan perilaku anak, sehingga secara rasional mampu mencari jalan keluar terhadap kondisi yang ada. Itulah sebabnya, kemampuan menenangkan diri merupakan salah satu dari strategi bertahan hidup (life coping strategy) yang diperlukan dalam semua bidang kehidupan.

Salah satu kunci agar orangtua dapat bersikap tenang adalah kemampuannya memilih alternatif makna dari sikap atau perilaku anak. Untuk dapat memilih alternatif makna yang lebih tepat, ia perlu mampu mendengarkan dan memahami anak sehingga dapat memandang situasi yang ada dari sudut pandang anak. Akan tetapi, bila dalam diri orangtua sudah ada persepsi yang negatif terhadap sikap ataupun perilaku anak, biasanya akan sulit baginya untuk dapat mendengarkan anak secara efektif, apalagi memahami anak.

Buang Persepsi Negatif
Bila orangtua memiliki persepsi negatif terhadap anak, umumnya ia akan condong untuk bersikap menghakimi anak serta lebih mudah merasa kewalahan dan frustrasi terhadap sikap dan perilaku anak. Akibatnya, orangtua sulit dapat memahami mengapa anak begitu sukar untuk ditangani, sehingga menjadi lebih rentan terhadap Parent Frustration Syndrome.

Orangtua yang mengalami Parent Frustration Syndrome umumnya mudah terpicu untuk bereaksi emosional terhadap anak. Ia memiliki perasaan bersalah serta perasaan tidak mampu dan tidak berdaya dalam dirinya sehingga mudah dihinggapi oleh pikiran negatif. Itulah sebabnya, persepsi negatif dalam diri orangtua dengan Parent Frustration Syndrome cenderung mudah menumpuk.

Semakin banyak tumpukan persepsi negatif orangtua terhadap anak, semakin mudah orangtua meledak emosinya. Bila kondisi ini terjadi terus-menerus dalam jangka panjang, orangtua umumnya menjadi tidak menyukai sang anak, sehingga secara sadar ataupun tidak, cenderung menjauhi anak.

Akibatnya, orangtua tidak memiliki hubungan emosional yang dekat dengan anak. Kondisi demikian menyulitkan orangtua untuk keluar dari lingkaran Parent Frustration Syndrome. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orangtua untuk memiliki persepsi yang positif terhadap anak, agar terhindar dari Parent Frustration Syndrome.

Sosialita



Yemima Hutapea
Lagu Kehidupan

Blantika musik Indonesia kian marak dengan hadirnya Tell Me When, debut album dari Yemima Hutapea bersama label SoundUp Music. Bukan hanya menyanyi, lima dari 10 lagu di album ini juga ditulis sendiri oleh Yemima. Dengan timbre vokalnya yang berat, Mima –sapaan akrabnya– tampil dengan corak pop jazzy ringan.
                      
Menyanyi dan menulis lirik sebenarnya bukan hal baru bagi finalis Miss Indonesia 2013. Putri pasangan Pdt. Sabam M.P. Hutapea dan Julia Matondang ini sudah gemar berdendang sejak usia 6 tahun. Musik memang passion wanita yang pintar bermain piano, gitar, dan drum ini. Hanya saja ia lebih dulu dikenal sebagai model.

Dalam menulis lagu, Yemima banyak terinspirasi dari kehidupan sosial. Lirik ‘Tell Me When’ terinspirasi dari wanita yang memiliki hubungan tanpa status dengan pria. Lagu Ku Bersyukur tercetus untuk menanggapi orang-orang yang kerap mengeluh. “Kita sering complain dengan hal-hal kecil, seperti ruangan panas. Jadi, aku berpikir kita ini sering mengeluh dengan apa yang kita alami. Padahal, banyak orang di luar sana, jangankan AC, kipas angin saja nggak punya,” ungkap Yemima.

Gadis kelahiran Jakarta, 2 September 1974 ini bertekad memberikan yang terbaik dalam bermusik. Ia ingin dikenal sebagai penyanyi yang menginspirasi. Soalnya lagu-lagu aku kebanyakan aku tulis berdasarkan pengalaman pribadi. Dan, tujuan aku menulis lagu memang pingin memotivasi orang, membangun orang, dan menguatkan orang,” ujarnya. (Gie)

Kabar Kita



MOU BPK Gunung Mulia dengan STT Jakarta

Pdt. Dr. Joas Adiprasetya menandatangani MOU
Penerbit BPK Gunung Mulia dan STT Jakarta melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk penulisan buku-buku teologi. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama BPK GM Johan Tumanduk dan Ketua STT Jakarta Pdt. Dr. Joas Adiprasetya.

Sebelumnya disampaikan pengenalan tentang BPK GM oleh Marketing Communication Ingouf Setiawan dan proses penerbitan oleh Kepala Divisi Penerbitan Otniel Sintoro kepada mahasiswa S1, S2, dan S3 STT Jakarta. Usai prosesi MoU dilakukan kunjungan ke Toko Buku BPK GM Jakarta.

BPK GM didirikan tahun 1946, hingga kini memiliki 3 unit kerja, yakni: penerbitan, percetakan, dan toko buku. BPK GM memiliki 8 cabang di Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Kupang, Makassar, Manado, dan Ambon.

Inspiring Words



KITA PERLU KELUARGA

“Keluarga adalah kompas yang memandu (arah) kita. Ia adalah inspirasi untuk mencapai puncak, dan yang menghibur kita saat goyah.” (Brad Henry)

“Sebut saja keluarga itu suku, sebut saja keluarga itu jaringan, sebut saja keluarga itu rumpun bangsa, atau sebut saja keluarga tetap keluarga : apapun engkau menyebutnya, siapa pun kamu, kamu butuh sebuah keluarga.” (Jane Howard)

“Sesuatu bisa mengubah kita, tapi kita mulai dan berakhir bersama keluarga kita.” (Anthony Brandt)